Jika Anda ingin melihat contoh nyata desa yang sangat toleran dalam beragama, cobalah berkunjung ke Desa Kalikudi, Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah. Masyarakat di sana dapat hidup berdampingan rukun satu sama lain sesuai dengan adat dan tradisi anak putu yang berada di Desa Kalikudi.

Pada jumat 25-27 September 2015, Desa Kalikudi mengadakan Festival Budaya Nusantara  yang diadakan atas dalam rangka Program  Peduli – PC Lakpesdam NU Cilacap, didukung Kementrian Pemberdayaan manusia dan kebudayaan serta The Asia Foundation. Festival Budaya Nusantara menjadi momen yang penting untuk menyampaikan pesan perdamaian dan penerimaan terhadap pluralitas (inklusi sosial).

Masyarakat Kalikudi mayoritas beragamakan Islam dan Kejawen. Keduanya membaur menjadi satu dalam kehidupan sehari-hari mereka, tanpa merisaukan perselisihan sepele memperebutkan agama atau aliran mana yang paling baik dan benar.

makan bareng festival budaya nusantara di desa kalikudi

Syaiful Mustain, Project Officer PNPM Peduli Lakpesdam Cilacap menjelaskan, ada sekitar 27 aliran (jenis) penghayat kepercayaan lokal di Kabupaten Cilacap.

“Keanekaragaman ras, warna kulit, keyakinan, dan tradisi merupakan anugrah yang tak perlu dipertentangkan. Bhineka Tunggal Ika,” jelasnya.

Kegiatan dalam festival ini disebarluaskan melalui beragam media massa. Penyebarluasan informasi dilakukan oleh para Relawan Desa Cilacap (Gerakan Desa Membangun) yang mengelola media center. Mereka memanfaatkan media sosial (Twitter, Facebook, WhatsApp, Instagram), blog, website, dan media cetak untuk mengkampanyekan gagasan desa inklusif. Tak ketinggalan pula, PuskoMedia Indonesia ikut ambil bagian dari acara tersebut sebagai media kampanye dan tim pendukung teknis.

Aneka kegiatan masuk dalam rangkaian acara festival, seperti sarasehan budaya, pentas seni, doa bersama, seminar desa, nonton film, kirab budaya, dan pagelaran wayang kulit. Semua acara menunjukkan indahnya hidup damai dalam keanekaragaman yang ada di masyarakat Desa Kalikudi.